Pertunangan kerap kali diidentikkan dengan memberikan cincin kepada calon pasangan yang akan dilamar. Selain itu, cincin juga menjadi simbol ikatan dengan pasangan saat pernikahan.
Saat ini, banyak sekali pilihan model cincin, mulai dari cincin emas hingga dengan hiasan berlian. Tapi, kamu tahu nggak sih kalau awal kemunculannya, cincin rupanya digunakan sebagai tanda untuk kontrak bisnis?
Seperti apa ya sejarah cincin tunangan? Langsung saja simak ulasan berikut ini!
Awalnya sebagai tanda kontrak bisnis
Cincin tunangan yang kita tahu saat ini ternyata berbeda lho, dengan awal kemunculannya. Melansir laman Brides, para wanita zaman Romawi kuno sudah menggunakan cincin yang terbuat dari bahan gading, batu, tulang, tembaga dan besi untuk menandai kontrak bisnis.
Tren menggunakan cincin ini semakin berkembang hingga para pejabat juga menggunakan cincin dari emas untuk kunjungan ke luar negeri.
Cincin baru dianggap sebagai tanda keseriusan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan pada tahun 850
Pada tahun 850, akhirnya cincin memiliki arti resmi yaitu mewakili niat seorang pria untuk menikahi kekasihnya. Cincin dengan bahan emas menjadi cincin yang populer pada zaman itu karena hanya para raja dan ratu yang bisa memakai cincin dengan hiasan batu berharga. Pada tahun 1477, batu berlian pertama kali muncul ketika digunakan untuk acara pertunangan bangsawan Austria yaitu Archducke Maximilian dan Maria dari Burgundy. Cincin batu berlian yang dikenakan saat itu berbentuk panjang dan sempit membentuk huruf ‘M’ yang merupakan inisial kekasih Archducke.
Batu berlian semakin populer sebagai lambang keseriusan menuju pernikahan dan dipakai oleh masyarakat Eropa zaman dulu dengan menambahkan permata lain supaya lebih cantik. Dilansir dari laman Elle, pada tahun 1525 sedang ramai tren art deco dan banyak yang memodifikasi cincin tunangannya dengan menambahkan batu permata berwarna dengan aksen garis miring. Kepopulerannya justru menurun ketika memasuki era Perang Dunia 1, banyak masyarakat yang mengganti bahan cincinnya dari berlian menjadi platinum karena bahan ini banyak dipakai untuk perlengkapan perang.
Cincin tunangan berlian populer berkat agensi iklan di New York
Meskipun Archducke memakai cincin berlian untuk pertama kalinya, nyatanya tren cincin berlian justru menurun karena Perang Dunia 1 yang membuat harga batu berlian anjlok dan banyak generasi muda yang memilih nggak menggunakan cincin tunangan lagi. Dilansir dari laman Brides, akhirnya pada tahun 1947 kepopuleran berlian kembali bangkit berkat salah satu agensi iklan di New York yang mempromosikan produk dari salah satu produsen berlian dengan tajuk 4C yaitu cut, carat, color, dan clarity untuk menunjukkan keunggulan berlian dari segi model, karat, warna, dan kejernihannya.
Selain itu, agensi iklan juga menggunakan tagline ‘A diamond is forever’ yang awalnya sengaja dibuat untuk memberi kesan bahwa berlian itu perhiasan yang eksklusif dan bisa menjadi aset untuk investasi. Tapi, banyak orang yang justru menganggap bahwa berlian adalah lambang dari kesetiaan dan cinta abadi. Hingga saat ini banyak yang menggunakan berlian sebagai cincin tunangan karena percaya bahwa berlian adalah lambang kesetiaan.
Nah, itu dia sejarah cincin tunangan yang ternyata cukup panjang, ya. Mulai dari zaman kuno hingga tren cincin dengan batu berlian yang saat ini banyak digunakan oleh pasangan yang hendak menikah. Kalau bisa memilih, kamu suka cincin yang seperti apa?