Masyarakat Jawa dikenal dengan tradisi ritual yang masih mereka lestarikan hingga kini. Salah satu upacara adat Jawa yang masih ada sampai saat ini adalah tradisi selamatan.

Selamatan sendiri berasal dari kata dalam bahasa Arab, yakni Salamah yang memiliki arti selamat atau bahagia. Sementara itu, jika merujuk pada pendapat Clifford Geertz, selamatan memiliki arti ‘Ora Ono Opo-opo’ (Tidak ada apa-apa).

Biasanya, masyarakat Jawa akan mengundang beberapa kerabat atau tetangga saat mengadakan selamatan. Acara selamatan atau syukuran biasanya diisi dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, serta melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.

Sejarah Tradisi Selamatan

Foto: https://unsplash.com/@anggaindratama

Sejarah religi masyarakat Jawa jauh sebelum kedatangan agama Hindu dan Islam telah dimulai sejak jaman Pra Sejarah. Kebutuhan orang-orang Jawa akan keselamatan, keamanan, kesejahteraan, ketentraman serta kedamaian hidup menciptakan sebuah sistem kepercayaan (Animisme dan Dinamisme).

Sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme sangatlah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Mereka beranggapan bahwa setiap benda yang ada di dunia ini memiliki nyawa serta memiliki kekuatan gaib (roh) dan berwatak (baik dan buruk).

Adapun ketika agama Hindu dan agama Islam masuk dan mempengaruhi kepercayaan orang jawa, keadaan tersebut tidaklah serta merta menghapus keseluruhan sistem kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang mereka.

Dari sini terciptalah percampuran atau akulturasi antara agama pendatang dengan kepercayaan nenek moyang. Dalam hal ini, ritual selamatan adalah salah satu tradisi hasil akulturasi budaya yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini.

Dalam agama Islam seperti yang diungkapkan oleh Hildred Geertz, tradisi ritual selamatan biasanya dilakukan oleh kaum Islam Abangan. Adapun bagi kaum Islam Putihan (santri) praktik selamatan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima.

Bagi para santri, selamatan hanya bisa dilakukan dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan roh-roh. Menurut mereka, selamatan adalah upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau modin.

Biasanya upacara tersebut diteruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya. Dan, dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah yang maha Kuasa.

Karena tujuan utama diadakannya ritual ini adalah keselamatan, tradisi selamatan dalam praktiknya dilakukan hampir di setiap kejadian yang dianggap penting oleh masyarakat jawa. Misalnya kelahiran, kematian, pernikahan dan lain sebagainya.

Mengenai tradisi ini, Hildred Geertz telah membagi setidaknya menjadi empat jenis kategori utama :

  • Selamatan yang berkaitan dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian.
  • Selamatan yang terkait dengan peristiwa perayaan agama Islam.
  • Selamatan Bersih desa (“pembersihan desa”), berkaitan dengan integrasi sosial desa.
  • Ritual selamatan untuk kejadian yang tidak biasa. Misalnya berangkat untuk perjalanan panjang, pindah rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit, kesembuhan akan pengaruh sihir, dan sebagainya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *