Sebagai wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di seluruh Indonesia, masyarakat suku Jawa memiliki sejumlah tradisi dan budaya yang beragam. Di era modern saat ini, masyarakat suku Jawa terus melestarikan tradisi dan budaya tersebut sehingga tetap eksis hingga kini.

Berikut ini merupakan beberapa tradisi Jawa yang masih eksis sampai saat ini.

1. Upacara Sekaten

Upacara Sekaten berasal dari kota Surakarta dan Yogyakarta, diadakan mulai dari tanggal 5 sampai 11 Rabi’ul Awal sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nama ‘Sekaten’ berasal dari kata serapan bahasa Arab ‘Syahadatain’. Upacara Sekaten dilakukan dengan melepas dua perangkat gamelan dari Keraton yaitu gamelan Kyai Guntursari dan gamelan Kyai Gunturmadu yang nantinya akan ditempatkan di Masjid Agung Surakarta.

Hal ini didasari dengan sejarah bahwa penyebaran agama Islam di tanah Jawa dilakukan melalui kesenian gamelan. Upacara sekaten tersebut berakhir pada tanggal 12 Rabi’ul Awal, ditandai dengan Grebeg Maulud yang diadakan oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.

2. Grebeg Maulud

Puncak acara sekaten adalah Grebeg Maulud, yang identik dengan gunungan yang berisi buah-buahan serta hasil bumi terbaik. Susunan makanan yang menyerupai gunung ini dibawa ke keraton dan masjid agung untuk didoakan. Setelah didoakan, maka hasil bumi terbaik ini akan dibagikan kepada masyarakat, yang melambangkan keberkahan dan rezeki bagi seluruh masyarakat.

3. Tumpeng Sewu

Tumpeng Sewu atau tumpeng seribu merupakan tradisi turun-temurun suku asli Banyuwangi yang bernama suku Osing di Desa Kemiren. Upacara tahunan ini diselenggarakan seminggu sebelum Hari Raya Idul Adha sebagai bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan. Namun tak hanya masyarakat desa setempat, tak jarang warga dari luar kota bahkan luar negeri datang untuk mengikuti upacara ini.

Sebelum makan tumpeng bersama-sama, biasanya masyarakat setempat melakukan mepe kasur (menjemur kasur) di halaman rumah pada pagi hari secara massal. Setelah itu, dilakukan pembacaan doa dan ritual. Tak hanya menikmati tumpeng dan membaca doa, pada upacara ini juga terdapat pertunjukan seni.

4. Kebo-keboan

Satu lagi upacara tradisi yang berasal dari Banyuwangi, yaitu Kebo-keboan. Meskipun memiliki nama kebo atau kerbau, dalam upacara tradisi kebo-keboan tidak ada hewan kerbau. Bukan hewan, melainkan kerbau jadi-jadian yaitu masyarakat yang berdandan seperti kerbau lalu berkeliling kampung. Mereka akan berjalan seperti kerbau dengan memikul kayu, dan hal ini dilakukan untuk menghalau penyakit maupun bala.

5. Yadnya Kasada

Upacara Sukasada atau Kasada adalah hari raya adat suku Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Upacara ini diadakan sesuai dengan kalender Jawa, setiap hari ke-14 pada bulan Kasada. Tradisi ini dilakukan dengan cara melempar berbagai sajian atau sesajen seperti produk ternak, sayuran, buah-buahan, bahkan uang ke kawah Gunung Bromo. Hal ini adalah bentuk persembahan bagi Sang Hyang Widhi dan leluhur. Selain itu, juga sebagai peringatan pengorbanan legenda Raden Kesuma, anak Jaka Seger-Lara Anteng, yang merelakan dirinya untuk terjun ke Gunung Bromo. Tak hanya dihadiri oleh masyarakat setempat, Upacara Kasada juga dihadiri oleh wisatawan.

Demikian lima upacara tradisi Jawa yang masih eksis hingga saat ini. Sangat unik dan menarik ya! Maka itu, kita perlu terus melestarikan budaya yang kita miliki agar tradisi bisa berlanjut hingga ke generasi selanjutnya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *